PENGARUH
HUTANG INDONESIA DI LUAR NEGERI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
PENDAHULUAN
Utang luar negeri atau pinjaman luar
negeri adalah sebagian dari total utang suatu negara yang diperoleh dari para
kreditor di luar negeri tersebut. Penerimaan utang luar negeri dapat berupa pemerintah,
perusahaan, atau perorangan. Bentuk utang dapat berupa uang yang diperoleh dari
bank swasta, pemerintah negara lain, atau lembaga keuangan internasional
seperti IMF dan bank dunia.
Menurut SKB No. 185/kmk.03/1995 dan
Nomor KEP.031/ KET/5/1995 antara Menteri keuangan dan ketua Bappenas : Pinjaman
LUar Negeri adalah penerimaan Negara baik dalam bentuk devisa,dan atau devisa
yang dirupiahkan maupun dalam bentuk barang atau jasa yang diperoleh dari
pemberian pinjaman luar negeri yang harus dibayar kembali dengan persyaratan
tertentu.
Undang-Undang modal Asinng 1967
menyebutkan bahwa modal asing diberi keluasan untuk masuk di negeri indonesia..
kemudian setelah penetapan tersEbut beeberapa para investasi. Masuk ke dalam
negeri untuk melakukan pemanfaatan Sumber Daya Alam (SDA) sehingga menghasilkan
keuntungan bagi investor. Berangsur-angsur Pemerintah mampu mengurangi resesi
ekonomi tersebut sehingga akhirnya pemerintah membangun pemerintahan -ndonesia
dengan modal asing
Meminjam ke luar negeri merupakan
salah satu cara untuk menutup defisit anggaran pemerintah. Penerimaan
pemerintah dari pajak seringkali tidak cukup untuk membiayai seluruh
pengeluaran pemerintah. Pada sebagian besar negara sedang berkembang termasuk
indonesia, defisit anggaran tersebut oleh pemerintah negara yang bersangkutan
ditutup dengan utang luar negeri. Utang luar negeri pemerintah (ULNP) selain
berdampak pada neraca pembayaran juga berdampak pada kinerja anggaran
pemerintah, untuk indonesia adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negera
(APBN). Karena sebagai penutp defisit, ULNP ini seolah-olah sebagai penerimaan
pemerintah, tetapi disisi lain pembayaran atas utang menjadi beban APBN yang
dicatat dalam pos pengeluaran. Sehingga terjadi kualitas antara pinjaman dan
kewajiban atas ULNP tersebut. Dengan demikian komitmen untuk mendapatkan
pinjaman akan terkait dengan kemampuan membayar utang tersebut. Kemampuan
membayar akan menetukan apakah utang tersebut solvent atau tidak.
ISI
Utang luar negeri Indonesia lebih didominasi oleh utang swasta. Berdasarkan data di Bank Indonesia, posisi utang luar negeri pada Maret 2006 tercatat US$ 134 miliar, pada Juni 2006 tercatat US$ 129 miliar dan Desember 2006 tercatat US$ 125,25 miliar. Sedangkan untuk utang swasta tercatat meningkat dari US$ 50,05 miliar pada September 2006 menjadi US$ 51,13 miliar pada Desember 2006.
Negara-negara donor bagi Indonesia adalah:
·
Jepang merupakan
kreditur terbesar dengan USD 15,58 miliar.
·
Bank
Pembangunan Asia (ADB) sebesar USS 9,106 miliar
·
Bank
Dunia (World Bank) sebesar USD 8,103 miliar.
·
Jerman dengan
USD 3,809 miliar, Amerika Serikat USD 3,545 miliar
·
Pihak
lain, baik bilateral maupun multilateral sebesar USD 16,388
miliar.
Utang luar negeri pemerintah memakan porsi anggaran negara (APBN) yang terbesar dalam satu dekade terakhir. Jumlah pembayaran pokok dan bunga utang hampir dua kali lipat anggaran pembangunan, dan memakan lebih dari separuh penerimaan pajak. Pembayaran cicilan utang sudah mengambil porsi 52% dari total penerimaan pajak yang dibayarkan rakyat sebesar Rp 219,4 triliun. Jumlah utang negara Indonesia kepada sejumlah negara asing (negara donor)di luar negeri pada posisi finansial 2006, mengalami penurunan sejak 2004 lalu sehingga utang luar negeri Indonesia kini 'tinggal' USD 125.258 juta atau sekitar Rp1250 triliun lebih.
Pada tahun 2006, pemerintah Indonesia melakukan pelunasan utang kepada IMF. Pelunasan sebesar 3,181,742,918 dolar AS merupakan sisa pinjaman yang seharusnya jatuh tempo pada akhir 2010. Ada tiga alasan yang dikemukakan atas pembayaran utang tersebut, adalah meningkatnya suku bunga pinjaman IMF sejak kuartal ketiga 2005 dari 4,3 persen menjadi 4,58 persen; kemampuan Bank Indonesia (BI) membayar cicilan utang kepada IMF; dan masalah cadangan devisa dan kemampuan kita (Indonesia) untuk menciptakan ketahanan.
Dalam
sepuluh tahun terakhir, utang pemerintah berkembang pesat dari US$122,42 milyar
pada tahun 2001 menjadi US$185,3 milyar pada tahun 2010. Selama periode
tersebut utang negara bertambah US$ 61,88 milyar atau setara Rp 556,92 trilyun.
Dengan demikian selama sepuluh tahun terakhir pemerintahan 3 rezim; Gusdur, Megawati, dan SBY, negara tidak memiliki kemampuan mengurangi ketergantungan terhadap utang apalagi menghilangkannya. Justru utang negara meningkat 50,56% atau hampir setengah dari jumlah utang tahun 2001.
Pemerintahan SBY yang sudah memasuki dua periode jabatan, memiliki andil besar dalam menggelembengkuan utang negara. Sejak tahun 2004 hingga 2010, utang negara bertambah US$45,42 milyar dollar atau sekitar Rp 408,78 trilyun. Jadi dari 50,56% peningkatan utang negara sejak 2001, pemerintahan SBY menyumbangkan peningkatan utang sebesar 37,10%. Jika dihitung sejak tahun 1970 dengan jumlah utang pemerintah pada saat itu mencapai US$2,77 milyar, maka utang negara selama 40 tahun terakhir bertambah sebesar 6.589,53%.
Dengan demikian selama sepuluh tahun terakhir pemerintahan 3 rezim; Gusdur, Megawati, dan SBY, negara tidak memiliki kemampuan mengurangi ketergantungan terhadap utang apalagi menghilangkannya. Justru utang negara meningkat 50,56% atau hampir setengah dari jumlah utang tahun 2001.
Pemerintahan SBY yang sudah memasuki dua periode jabatan, memiliki andil besar dalam menggelembengkuan utang negara. Sejak tahun 2004 hingga 2010, utang negara bertambah US$45,42 milyar dollar atau sekitar Rp 408,78 trilyun. Jadi dari 50,56% peningkatan utang negara sejak 2001, pemerintahan SBY menyumbangkan peningkatan utang sebesar 37,10%. Jika dihitung sejak tahun 1970 dengan jumlah utang pemerintah pada saat itu mencapai US$2,77 milyar, maka utang negara selama 40 tahun terakhir bertambah sebesar 6.589,53%.
Utang pemerintah tersebut terdiri atas utang luar
negeri dan utang dalam negeri. Utang dalam negeri merupakan istilah yang
digunakan untuk menyebut pinjaman pemerintah dalam bentuk surat utang atau
obligasi. Perkembangan utang pemerintah terutama sejak masuknya IMF pada era
reformasi meningkat drastis. Peningkatan tersebut didorong oleh biaya BLBI dan
paket rekapitalisasi perbankan yang menelan biaya pokok Rp 650 trilyun. Biaya
ini atas perintah IMF diaktuaisasikan pemerintah dalam bentuk Surat Utang
Negara atau disebut juga obligasi rekap.
Ada beberapa solusi untuk tidak menggantungkan
pembangunan pada utang luar negeri yaitu :
- Meningkatkan daya beli masyarakat
- Meningkatkan pajak secara progresif terhadap barangmewah dan impor
- Konsep pembangunan yang berkesinambungan, berlanjutan dan mengarah pada satu titik maksimalisasi kekuatan ekonomi nasional, melepaskan secara bertahap ketergantungan hutang luar negeri.
- Menggalakan kebanggaan akan produksi dalam negeri
- Mengembangkan sumber daya manusia berkualitas dan menempatkan kesejahteraan yang berkeadilan dan merata sebagai landasan penyusunsn operasinsol pembangunan ekonomi
Dari solusi tersebut jika ingin
berhasil harus ada kerja sama antara legislatif, eksekutif dan yudikatif.tidak
lupa terpenting adanya kemauan rakyat untuk berubah dan bergerak bersama untuk
menghasilkan Negara Indonesia yang mandiri dan bertekad mengakhiri utang luar
negeri.
PENUTUP
Utang pemerintah berkembang pesat
pada sepuluh tahun terakhir, terhitung dari tahun 2001 sampai 2010 yaitu pada
masa pemerintah Gusdur, Megawati, dan SBY. Pada tahun 2001 utag pemerintah berjumlah
US$ 122,42 milyar dan pada tahun 2010 menjadi US$ 185,3 . selama periode
tersebut utang Negara bertambah sebesar US$ 61,88 milyar atau setara Rp. 556,92
trilyun, atau bias diperkirakan hutang Negara meningkat sekitar 50,56%. Pemerintah
SBY memiliki andil besar dalam menggelembungkan utang Negara. Sejak tahun 2004
sampai 2010, utang Negara bertambah US$ 45,42 millyar atau sekitar Rp. 408,78
trilyun. Uatng pemerintah tersebut terdiri atas utang luar negeri dan utang
dalam negeri. Utang dalam negeri
merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut pinjaman pemerintah dalam
bentuk surat utang atau obligasi.
DAFTAR
PUSTAKA